Gerabah sebagai salah satu komoditi pasar dalam hal seni kerajinan di masyarakat kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Peningkatan produktifitasnya terbilang kurang memuaskan oleh karena kualitas produk yang kurang baik, hal demikian berdampak pada pemasaran maupun nilai jualnya……
Inesia.Art – Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah penghasil seni gerabah tradisional yang masih bertahan sampai saat ini. Namun demikian, para perajin belum mampu menghasilkan gerabah yang berkualitas baik dan bisa bernilai kompetitif di pasar global.
“Umega Gerabah” merupakan salah satu kelompok perajin yang telah mengembangkan desain, bentuk dan ragam hias gerabah menjadi lebih modern.
Akan tetapi pada prosesnya, beberapa permasalahan yang mereka hadapi adalah kualitas bodi gerabah yang masih gampang pecah/retak. Hal demikian berlaku khususnya saat proses pembakaran. Selain itu, mereka masih sulit menerapkan teknik hias toreh secara detail pada body gerabah.
Melalui proses identifikasi awal, terdapat beberapa penyebab dalam hal tersebut, hal ini mengarah pada kualitas bahan baku tanah liat yang kurang plastis, masih banyak campuran pasir, serta teknik pengolahan yang masih secara tradisional yaitu dengan diinjak-injak lalu diulet dan dibentuk.
Video proses dalam pengolahan dan pembuatan gerabah
Berdasarkan hal demikian, perlunya menggunakan mekanisme ataupun sebagai solusi seperti dalam menggunakan alternatif bahan baku dari daerah lain, mencampur tanah liat asli dari daerah perajin gerabah di Takalar dengan tanah liat dari daerah lain dengan teknik pengolahan yang lebih baik.
Hal yang bisa dilakukan adalah semisal menyaring tanah dengan baik agar memiliki kualitas yang lebih baik daripada tanah yang diolah secara manual.
Setelah semua proses ini terlaksana dengan baik, maka yang perlu kemudian dipikirkan adalah aspek pemasarannya.

Sekarang ini, melalui perkembangan dan kemajuan tehnologi, hal itu memudahkan kita menjangkau segmen pasar yang lebih luas melalui sosial media.
Para pengusaha gerabah yqng ada di Takalar Sulawesi Selatan akan dibuatkan dan dipasarkan produknya dengan dibuatkan media sosial online semisal Instagram maupun media sosial lainnya.
Melalui beberapa tahapan proses pelatihan pengolahan tersebut, tentu saja dapat dengan mudah meningkatkan kreativitas maupun produktifitas yang baik dan berkualitas. Setidaknya bahwa para perajin mendapat pemahaman dan mampu mengembangkannya dalam proses pembuatan gerabah yang tentu saja ramai minat masyarakat.
Sebagai informasi bahwa kegiatan PKM (Program Kemitraan Masyarakat) dilaksanakan pada tahun 2019 selama 8 bulan bersama dua mitra pemilik usaha kecil gerabah yaitu Yunus dan Syamsunar.
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan selama 2 hari dan dilanjutkan dengan pendampingan. Peserta pelatihan terdiri dari 10 orang dari perajin anggota mitra yang tinggal di Sandi Kabupaten Takalar.

Dari proses pelatihan menunjukkan bahwa peserta pada umumnya dapat dengan mudah menyaring tanah lalu mengolahnya dengan lebih baik. Seluruh peserta dapat mengikuti pelatihan tanpa kendala yang berarti, gerabah ukuran sedang 20 cm – 50 cm yang dibuat dengan tanah yang telah disaring setelah pembakaran terbukti tidak mengalami keretakan.
Apabila di diperkirakan, 95% gerabah yang dibakar tetap utuh dan tidak pecah. Dengan begitu, setelah pelatihan berlangsung dua mitra langsung menerapkan teknik penyaringan tanah untuk setiap gerabah pesanan dari konsumen.
Pelaksana kegiatan dalam hal ini adalah ketua Drs. Jalil, M.Sn., dan Anggota Dr. Irfan, M.Ds. Kegiatan PKM ini juga terselenggara atas hibah dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Ristek Dikti bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LP2M Universitas Negeri Makassar.
Oleh karena itu kami juga mengucapkan kasih kepada DRPM Ristek Dikti, Rektor UNM, Ketua LP2M UNM, Dekan FSD UNM, Ketua Jurusan Seni Rupa dan desain UNM, kedua mitra, serta seluruh tim PKM yang terlibat, semoga Allah Subhanahu Wa Taalah meridhoi segala usaha dan kegiatan yang telah dilakukan.
Makassar 5 september 2019
Penulis : Irfan Editor : Andi Yurdika
Discussion about this post